![]() |
| Bismillah, dengan kebulatan tekat kutinggalkan Gunungkidul untuk kesekian kalinya |
Hari
perpisahan pun tiba. Minggu pagi
menjelang siang dan cuaca sedikit mendung kami packing hasil kebun ke
kendaraan. Simbah Putri pagi ini dibuat sibuk dalam membagi bawaan untuk ketiga
anaknya. Makanan yang disiapkan sudah semua matang, barang bawaan sudah siap
diangkut.
Rasa
haru menyelimuti diri ini, manakala melihat raga mbah yang makin ringkih. Manakala
usia sudah memasuki senja, tidak ada anak dan cucu yang senantiasa
mendampinginya. Mbah sebetulnya tidak benar-benar sendirian di rumah tabon
tersebut. Ada Erna putri ketiga mbah yang dikarenakan sakit stroke, terpaksa
menetap di kampung.
Suami
Erna yang asli Padang Sumatera Barat tersebut mengantarkannya pulang kampung. Melihat
keduanya menambah rasa gamang untuk kembali ke Jakarta. Dua sosok wanita yang bisa dibilang kondisinya
kurang sehat untuk ditinggalkan hanya berdua. Namun apa boleh buat, Jakartalah
tempat saya mengais rejeki.
Rejeki
yang saya dapatpun pasti ada bagian untuk kedua sosok wanita yang saya
tinggalkan di kampung ini. Tidak terbayangkan dalam benak kami seandainya tetap
tinggal di kampung. Ladang dan sawah yang tidak seberapa luas harus kami garap
sebagai mata pencaharian. Apalagi pertanian yang ada di kampung masih
mengandalkan air hujan.
Mbah
putri melepas kami dengan derai air mata, satu persatu cucunya diciumi. Mbah tanpa
ragu ataupun takut memeluk kami erat. Kami juga sudah menjaga badan kami agar
tidak membawa virus covid-19. Usia mbah yang sudah renta membuat kami ekstra
waspada.
Secara
perlahan kami tinggalkan halaman rumah mbah. Kami menggunakan dua kendaraan,
satu tujuan Bekasi dan satu lagi tujuan Jakarta. Rute Gunungkidul-Jakarta dalam
kondisi normal bisa ditempuh dalam 8 jam. Pintu tol Colomadu yang menjadi
tujuan awal kami. Perjalanan lancar kami tempuh dalam 5 jam. Kondisi jalan tol
mulai merayap di KM 172, bahkan beberapa titik sempat terhenti. Titik pertama
kendaraan terhenti di KM 169.
![]() |
| Kemacetan di Cipali |
Faktor
perbaikan jalan di KM 122, menjadi penyebab kemacetan yang memakan waktu empat
jam lebih lima belas menit ini. Akibat pergeseran tanah di ruas tol Cipali
membuat kami terlambat tiba di rumah. Target
waktu tempuh delapan jam ternyata mundur menjadi tiga belas jam tiga puluh dua
menit.
Walaupun
macet kami tetap bersyukur, karena kondisi kami dari berangkat ke kampung sampai
dengan tiba kembali di rumah diberikan kemudahan dan kesehatan. Hari Seninlah yang harus segera dipersiapkan,
hari di mana pembagian raport semester ganjil akan dilaksanakan.
Keterlambatan dikarenakan macet, menyebabkan data anak bermasalah dalam PJJ belum dipersiapan dengan baik. Lembur menyiapkan materi sebelum menemui orang tua dan anak menghalangi mata terpejam. Doa dan harapan terselip saat menyiapkan data, semoga pertemuan dengan anak yang berkendala di PJJ membuahkan hasil. Aamiin Ya Rabbal Alamin


0 Komentar