Memasuki
pelatihan ke-14 mendapatkan pencerahan dari seorang wartawan jebolan S2 Universitas
Islam Jakarta jurusan Ilmu Hukum. Beliau adalah Nur terbit atau Nur Aliem
Halvaima, SH, MH.. Profesi wartawan ditekuni semenjak bangku kuliah di IAIN Alauddin Makassar.
Setelah lulus Sarjana Muda beliau merantau ke Jakarta, dan masih setia dengan
profesinya menjadi reporter kemudian redaktur. Sang perantau dengan kartu
Wartawan Utama ini memiliki segudang
prestasi dan pengalaman.
Peserta
dibuat penasaran untuk menyimak materi beliau. Materi dimulai dengan
menjelaskan bahwa pekerjaan beliau adalah menulis. Narasumber menulis berbagai
hal layaknya seorang wartawan. Dari berita, peristiwa, laporan pandangan mata dari
lapangan/reportase. Tulisan disertai foto dari TKP dikirim ke kantor redaksi.
Letak
perbedaan jenis tulisan di media :
Konten |
Media |
Opini, artikel |
Standar
baku dilarang memasukkan opini wartawan |
V |
|
Ide,
pendapat, gagasan, pemikiran |
|
V |
Koresponden
selain wartawan, Pakarnya akan menjadi penulis tetap |
|
V (ada honor) |
Sayang
sekali media cetak sekarang semakinr edup sinarnya, berganti dengan media online.
Kelebihan dan kelemahan menyertainya, pembaca tidak repot mencari /
berlangganan cukup membuka gawai. Sementara banyak tenaga kerja di rumahkan dan
mengganggur.
Sekilas
kisah Nur Terbit dalam menulis
Beliau
mulai menulis dari SD. Mempunyai ayah yang berkerja di P dan K (sekarang Kemdiknas) yang bertugas mendistribusikan
buku. Tentu saja membaca sudah menjadi kebiasaan bagi Nur kecil. Dari kegemaran membaca inilah muncul ide
menulis dan mengirimkan ke koran lokal di Makasar. Berbagai karya dikirim ke koran
PR (Pedoman Rakyat) sebuah media tertua di Indonesia Timur. Nur kecil sangat
bangga pada saat karyanya dimuat dan mendapatkan honor lewat wesel pos.
Ketagihan
berkarya baik puisi, cerpen, gambar dan
mengirimkan ke media belanjut sampai bangku SLTA (PGA). Selama belajar di
bangku sekolah berulang kali mengikuti lomba menulis dan menang.
Tibalah
saatnya waktu praktek mengajar di SD. Narasumber terkesan dengan salah satu
siswanya, tokoh tersebut ditulis dan dikirimkan ke suatu lomba dari majalah
HAI. Sebuah kebanggaan bagi beliau karena bisa menjadi juara harapan 1 dengan
hadiah kamus dan kaos. Saingan beliau adalah penulis terkenal pada jaman itu.
Pengalaman
menjadi wartawan sesungguhnya ternyata pada saat kuliah di IAIN Makasar di
samping mengelola koran kampus. Sejak hijrah ke Jakarta tahun 1984 profesi tersebut
tetap berlanjut di Harian Terbit (pos kota).
Sebuah
keputusan untuk pensiun dini diambil pada tahun 2014. Masa-masa pensiun beliau
memfokuskan diri pada blog, facebook, instagram, youtube,
WA, linkedin dan medsos
yang lain. Pantas saja Daeng Nur atau Bang Nur sendiri menyebut dirinya
memiliki penyakit menulis. Berbagai media sosial tersebut syarat dengan konten
inspiratif.
Di
saat Daeng asyik menikmati dunia barunya , beliau menyadari banyak naskah yang
berantakan. Di antara kesibukan menebarkan inspirasi di media sosial muncul ide
menerbitkan dalam bentuk buku. YPTD milik Pak Thamrin Dahlan digandengnya dalam
menerbitkan "Wartawan Bangkotan".
Di hari menjadi narasumber buku tersebut baru diterima dari jasa TIKI
Berdasarkan
pengalaman Daeng setelah malang melintang di dunia jurnalistik selama 40 tahun,
banyak ilmu yang siap diimbaskan kepada peserta pelatihan. Peserta haus akan ilmu
menulis dari wartawan bangkotan yang gaul ini. Terbukti kegiatan pelatihan
berjalan selama empat jam. Sebuah durasi pelatihan menulis yang belum ada
sebelumnya.
Beliau
memberikan tips jitu agar bisa menulis dengan baik dan bisa diterima pembaca
diantaranya adalah:
1. Memperkaya
perbendaharaan kata
2. Belajar
EYD
3. Menambah
wawasan, terutama bagaimana format menulis: belajar menyusun pragraf, huruf
sambung dan lain-lain
4. Membaca
tulisan orang lain akan membawa manfaat besar. Penulis belajar style (gaya)
penulisan orang. Efeknya penulis akan meniru sampai akhirnya menemukan gaya khas.Dilarang
menjiplak karya orang lain sampai dengan tanda bacanya sama persis.
5. Rajin membaca akan membuat tulisan menjadi hidup dan menarik. Bagaimana untuk mengetahui apakah karya tersebut menarik? Jawabananya gampang, tinggal lihat jumlah viewer atau jumlah tanggapan.
6. Penulis dalam menghasilkan karya kutipan pakar sebagai pendukung dan penguat pendapat penulis. Idealnya pendapat penulis mengambil 60% dari porsi karya tersebut, selebihnya teori pakar. Yakinkan pembaca dengan menyajikan data hasil survai.
Tak
kalah pentingnya, beliau juga menyampaikan
kunci sukses menulis yaitu.
1. Menulis
dengan kunci 3D. Tulislah yang D-ialami sendiri, yg D-isukai, yg D-ikuasai.
Selain yang sudah disebutkan sebelumnya. rajin membaca, menonton
TV/film, mendengarkan radio. Semua kegiatan tersebut untuk memperkaya wawasan sebagai
tabungan ide.
2. PDLS =
Peka Dengan Lingkungan Sekitar (KEPO)
3. TBTO =
Terus Belajar atau Baca (dari) Tulisan Orang
4. TLMM =
Terus Latihan Menulis di Media (Medsos)
5. TILM =
Terus Ikut Lomba Menulis, sebagai uji coba sejauh mana kualitas tulisan kita
Rumus
baku yang wajib diingat penulis adalah : 5 W 1 H + S. tulislah ide yang sedang
mengalir, jangan berhenti. Tuang semua dalam tulisan, abaikan struktur kalimat
dan tanda baca. Jika tiba waktunya mngedit baca berulang-ulang enak belum
alurnya. Berikan kesempatan kepada orang setar untuk membaca dan memberikan
kritikan.
Terapkan
pola piramida terbalik. Hal paling penting dibagian teratas, bagian tengah
adalah bagian penting. Semnetara bagian bawah hanya pelengkap. Jika penerbit
merasa tulisan kurang porsi tempatnya maka bagian ini akan dipotong.
Salam sehat untuk pembaca tercinta
Dari saya Cah Nungki
@notes pelatihan 13 Nopember 2020
6 Komentar
Bagus Bu resumenya. Rajin menulis pangkal jadi penulis. Hehe... Saya di www.supadilah.com
BalasHapusTerima kasih pak
BalasHapusMasih belajar
Jd malu
Siap berkunjung
ATM ahh...
bang nur terbit emang waratwan senior yg keren dan baik hati.
BalasHapusAssalamualaikum OM
HapusAlhamdulillah OM sudah sehat dan bisa berkunjung kemari, makasih ya OM
Lengkap keren bu
BalasHapusAlhamdulillah
Hapusterima kasih bu
masih harus belajar bu