![]() |
| Mengenang perjuangan di masa SMA |
Napak
tilas merupakan upaya untuk menilik kembali kejadian yang sudah dilewati dan
mempengaruhi dalam kehidupan sekarang bahwan masa mendatang. Napak tilas kali
ini akan menyelusuri perjalanan kisah perawan dusun dalam memperjuangkan masa
depan.
Kisah
dibatasi perjuangan pulang pergi ke Sekolah Lanjutan Atas (SMA). Perjalanan
menuntut ilmu pada saat SMA dilalui dengan jalan kaki. Jalan kaki memiliki jarak
tempuh 5 KM pulang pergi.
![]() |
| Tampilan SMAku terkini |
Lazimnya
daerah perkampungan tahun 1988 hampir memiliki problem yang sama. Problem
tersebut adalah tidak adanya angkutan umum kecuali hari pasaran. Di jawa jumlah
hari ada lima, mereka menyebutnya hari pasaran.
Hari
pasaran tersebut meliputi Pon, Wage, Kliwon, Legi dan Pahing. Pada saat hari
pasaran tersebut banyak angkutan desa yang jalan. Namun tidak semua pasaran
angkutannya melawati SMA Karangmojo. Kami anak sekolahan akan sangat berterima
kasih apabila hari pasaran tiba, tidak harus bersusah payah jalan kaki.
Perjalanan
sejauh dua setengah kilometer di pagi hari tidak berasa karena matahari belum
mengeluarkan panasnya. Ada kalanya pagi hari menjadi penuh peluh, penyebab
utamanya adalah terlambat berangkat ke sekolah.
Terlambat ke sekolah bagi anak kampung banyak disebabkan karena pagi
hari harus membantu mengerjakan pekerjaan rumah. atau pada malam harinya
mempersiapkan bibit yang akan ditanam
pagi harinya.
Bahkan
tidak jarang malam hari membantu orang tua menyiangi panen kacang, jagung atau
tanaman palawija yang lain. Alasan keterlamabatan tersebut walaupun membantu
orang tua, namun tidak dibenarkan dalam tata tertib sekolah. Sekolah sebagai
tempat kedua dalam penanaman disiplin,
terlambat merupakan kesalahan dan bisa mendapatkan sanksi. Anak-anak dusun
tersebut menyadari bahwa seberat apapun pekerjaan mereka sekolah jauh lebih
penting.
Oleh
karenanya mereka tidak jarang harus berlari untuk segera mencapai sekolah.
Beban berat tas di punggung akan semakin terasa pada saat berlari di jalanan
menanjak. Kontur daerah di gunungkidul terkenal dengan jalanan menanjak dan
menurun.
Kelelahan
setelah mengikuti kegiatan belajar selama di sekolah tidak serta merta selesai.
Mereka harus siap-siap menembus teriknya matahari untuk kembali ke rumah.
Perjalanan pulang pergi ini semakin menantang pada saat musim penghujan tiba.
Payung masih menjadi barang langka, masyarakat biasa menggunakan pelepah daun
pisang sebagai pengganti payung. Kadang juga terlihat sebagaian masih
menggunakan daun lumbu atau talas sebagai payungnya.
Alhamdulillah
perjuangan selama tiga tahun membuahkan hasil. Berkat ketekunan dan keuletan
serta tekad kuat orang tua, pergilah saya melanjutkan kuliah di IKIP Negeri
Yogyakarta. Di IKIP inilah pendadaran menjadi guru BK dimulai. Berbagai
kegiatan praktek dilakukan di kampus ini. Semua ilmu yang diperoleh dari kecil
sampai denga hari ini, sangat membantu dalam memberikan layanan BK.
Sifat
pantang menyerah sudah terbentuk dari kecil, ternyata mempengaruhi dalam melakukan
layanan bimbingan dan konsling. Sepelik apapun masalah peserta didik apabila
dilakukan dengan hati, maka hasilnyapun tidak mendustai usahanya. Selalu
berusaha terus sampai menemukan titik terang dalam membantu peserta didik.


2 Komentar
terima aksih inspirasi tulisannya
BalasHapusTerima kasih om, mohon bimbingannya ya om
Hapus